Wednesday, July 8, 2009

ULAMA ACHEH: ANTARA MUJTAHID DAN PENGECUT

ULAMA ACHEH: ANTARA MUJTAHID DAN PENGECUT


Oleh: Yusra Habib Abdul Gani


Bahwa sebagian Ulama Acheh telah tampil dalam perang melawan penjajah (Belanda) tidak dapat dipungkiri. Tengku Thjik di Tiro Muhammad Saman, Tengku di Paja Bakông, Tengku di Tjot Titjém, Teungku di Bukét, Pang Yacoub, Tengku di Tjot Pliëng, Teungku di Barat, Teungku di Mata Ië, Teungku Thjik Tunong adalah diantara sederetan Ulama yang telah berkiprah dalam medan perang.

Bahwa ada Ulama Acheh yang bekerjasama dengan Belanda tidak bisa juga dipungkiri. Tengku Nurdin (Penasehat Snouck Hurgronje) dan tengku H. Hanafiah, ditambah lagi dari kalangan bangsawan: Tuanku Mahmud, Raja Keumala dan Panglima Polém.

Bahwa ada Ulama Achah yang mealwan Belanda tidak dapat dsanggah. Tengku Abdul Djalil Bayu memngeluarkan fatwa jihad fisafilillah melawan agressor Jepang. Perlawanan tersebut dibuktikan dalam peristiwa Bayu, Lhôk Seumawé, sehingga beliau bersama ratusan anak didiknya syahid dalam medan perang.

Bahwa ada Ulama Acheh yang bersubhat dengan Jepang adalah bena. Ulama Acheh yang bergabung dalam Persatuan ulama Acheh (PUSA) telah mengundang Jepang masuk ke Acheh, yang nyata-nyata kemudian membunuh Ulama dan memerangani bangsa Acheh.

Bahwa ada Ulama yang menantang kuasa rezim otoriter dan tirani -zaman Orde Lama (Sukarno)- Tengku Hasan M. di Tiro dan Tenku Ilyas Leubé, berjuang memerdekakan Acheh.

Bahwa ada Ulama Acheh menyokong rezim militer Suharto tidak dapat ditolak. Ulama Acheh yang bergabung dalam Golkar dan MUI Acheh membenarkan semua tindakan biadab penguasa militer di Acheh.

Jadi untuk apa pembaca terkejut dengan statement Tengku Husaini - Waled - yang berkata: "... Kita satu syahadah, satu nabi, satu kiblat, dan ketika kita tanya sama orang di Jawa mereka juga Islam dan satu akidah dengan kita di Aceh, dan bertempurlah kita sesama Islam. Ini disebabkan, kita sudah dibodohi orang bodoh. Kita sudah dijahili oleh orang jahil di bawah pimpinan Hasan Tiro yang beristrikan orang Jahudi. Apakah orang seperti itu yang akan kita ikuti;

Di Aceh, terjadi pertempuran sesama umat Islam. Ini bukan Syahid. Kalau mati wajib di shalat dikafani dan ditanam. Tapi anggota GAM yang mati bukan syahid. "Tidak ada syahid. Kalau ada yang menyatakan syahid, jumpa dulu dengan kami para ulama. Yang Syahid, hanya ada sewaktu perang melawan Belanda dan Jepang tempo dulu," (Serambi Indonesia - Warga Aceh Besar dan Nagan Siap Lawan GAM Rabu 24/12).

Ada seribu alasan bagi Ulama Acheh untuk mengelak dari pergi ke medan perang melawan penguasa zalim -penjajah Indonesia- yang telah nyata-nyata menzalimi bangsa Acheh: membunuh, memperkosa, menganiaya, menghukum sewenang-wenang dan memenjarakan bangsa Acheh secara melawan hukum dan keadilan. Kendati fakta-fakta kebiadaban diketahu persis oleh Ulama Acheh, disahkan oleh KOHAMNAS bahwa pelakunya adalah TNI yang disaksikan oleh wartawan dalam dan luar negeri, tetapi Ulama Acheh tidak berani melawan dan menyatakan yang benar di depan penguasa. Ulama Acheh tidak berani bangkit melawan kedhaliman, pada hal Islam mengajarkan: satu agama dan aqidah, bukan alasan untuk menghentikan perang melawan penguasa dhalim, dalam konteks ini melawan rezim penjajah Indonesia. Perang untuk menghentikan fitnah wajib dilancarakn di Acheh.

Dalam sejarah Islam, kita diingatkan dengan prilaku Yazid (anak Abu Sofyan - muslim -) yang melakukan tindakan biadab di padang Karbala (korban adalah keluarga Rasulullah bersama ratusan orang muslim lainnya) dan Yazid penyebar fitnah juga orang muslim. Sungguh "fitnah lebih kejam daripada pembunuhan". Ini merupakan aurat orang Islam. Memerangi rezim Yazid adalah kewajiban. Memerangi rezim Indonesia adalah suatu keawjiban - memerangi penguasa zalim terhadap bangsa Acheh adalah fadu'ain bukan fardu kifayah- sebab semua bentuk kebiadaban: pembunuhan massal terhadap anak-anak, perempuan, orang tua, perkosaan, pembakaran kampung dan penganiayaan telah menjadi agenda rezim Yazid ketika itu. Sekarang, apa kurangnya yang berlaku di Acheh? Dalam konteks politik, moral dan kemanusiaan, pelanggaran HAM di Acheh oleh TNI sudah melebihi prilaku rezim Yazid.

Rezim Sukarno -juga orang Islam- tetapi membantai anggota DI-TII di Acheh -orang Islam; membantai anggota DI-TII di Jawa Barat -juga orang Islam; membantai anggota DI-TII di Sulawesi -juga orang Islam.

Rezim Habibie, Gusdur dan Megawati juga orang Islam yang berbuat biadab terhadap bangsa Acheh yang sama aqidah sesama Islam.

Untuk itu ucapan Tengku Husaini"... Kita satu syahadah, satu nabi, satu kiblat, dan ketika kita tanya sama orang di Jawa mereka juga Islam dan satu akidah dengan kita di Aceh, dan bertempurlah kita sesama Islam. Ini disebabkan, kita sudah dibodohi orang bodoh. Kita sudah dijahili oleh orang jahil di bawah pimpinan Hasan Tiro yang beristrikan orang Jahudi. Apakah orang seperti itu yang akan kita ikuti; adalah pernyataan seorang Ulama yang dangkal sekali pengetahuan politik dan sejarah Islam.

Rezim penjajah Indonesia sedang dan akan terus memakai Ulama, cendikiawan dan politisi untuk memperpanjang kesinambungan politik penjajahannya di Acheh. Bangsa Acheh diperdagangkan untuk kepentingan penguasa Indonesia dan merupakan wujud dariapda korban pengkhianatan sejarah oleh rezim Indonesia.

Yusra Habib Abdul Gani

-------------------------------------------

Warga Aceh Besar dan Nagan Siap Lawan GAM

KOTA JANTHO - Puluhan Ribu pemuda dari seluruh desa di kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Nagan Raya, Rabu (24/12), menghadiri apel akbar membentuk Front Perlawanan Separatis GAM (FPSG). Mereka memadati lapangan bola kaki Kota Jantho dan lapangan Rajawali Jeuram tempat berlangsungnya upacara, dengan membawa bambu runcing dan menyatakan siap melawan GAM.

Di Aceh Besar, Ketua Front Perlawanan Separatis GAM Provinsi NAD, Sofyan Ali melantik Suhaimi sebagai Ketua Front Perlawanan Separatis GAM Aceh Besar. Acara itu, turut dihadiri Bupati Aceh Besar, Sayuti Is, Dandim 0101 Letkol Inf Djoko Warsito, Kapolres Aceh Besar, AKBP Drs Gaguk, pimpinan dan anggota DPRD, seluruh pegawai Pemda Aceh Besar dan seluruh Muspika Kecamatan.

Pada kesempatan itu, Tgk Husaini yang pupoler dengan panggilan Waled selaku pimpinan pesantren Seulimum, mengajak seluruh masyarakat Aceh untuk membentuk satu barisan bersama FPSG untuk melawan kelompok separatis GAM. "Sudah banyak ulama Aceh menjadi korban keganasan GAM, seperti Prof Dr Safwan Idris, Tgk Ilyas Tanah Pasir, Imam Masjid Lambaro Tunong, lagi shalat dibunuh. Perutnya dibelah dan kemaluannya dipotong dan dimasukkan ke dalam mulut," kata Waled.

Disebut Waled, sekiranya perang ini perang suci, maka semua pimpinan pesantren akan naik gunung. "Coba lihat mana ada pimpinan pesantren yang naik gunung, karena perang ini bukan perang suci. Kita satu syahadah, satu nabi, satu kiblat, dan ketika kita tanya sama orang di Jawa mereka juga Islam dan satu akidah dengan kita di Aceh, dan bertempurlah kita sesama Islam. Ini disebabkan, kita sudah dibodohi orang bodoh. Kita sudah dijahili oleh orang jahil di bawah pimpinan Hasan Tiro yang beristrikan orang Jahudi. Apakah orang seperti itu yang akan kita ikuti," teriak Tgk Husaini dengan nada lantang.

Di Aceh, katanya, terjadi pertempuran sesama umat Islam. Ini bukan Syahid. Kalau mati wajib di shalat dikafani dan ditanam. Tapi anggota GAM yang mati bukan syahid. "Tidak ada syahid. Kalau ada yang menyatakan syahid, jumpa dulu dengan kami para ulama. Yang Syahid, hanya ada sewaktu perang melawan Belanda dan Jepang tempo dulu," tegasnya.

Menurut Waled, dengan datangnya pasukan TNI/Polri kemari, semua masyarakat kini sudah mulai bisa ke sawah. Oleh karena itu, semua masyarakat di Aceh harus bersatu padu melawan kelompok GAM.

Sementara itu, Ketua Front Perlawanan Separatis GAM Provinsi NAD menyatakan, seluruh masyarakat dari 20 kabupaten dan kota di Aceh, sudah bergabung dengan FPSG, dan semuanya telah sepakat untuk bersama-sama melawan GAM. Menurutnya. sekarang kita sudah tidak bisa berdiam diri lagi. "Kita tidak perlu ragu dan takut lagi. Mari kita tumbuhkan rasa percaya diri, bahwa kita juga mampu melawan separatis GAM. Walaupun hanya dengan menggunakan bambu runcing dan parang dan tombak," kata Sofyan Ali.

Dikatakan, Aceh kini memasuki Darurat Militer tahap kedua. "Adanya Darurat Militer di Aceh, karena kita sebagai rakyat yang memintanya kepada pemerintah pusat. Oleh karana itu mari kita dukung, dan bersatu dan saling membahu dengan TNI/Polri mengejar separatis GAM. Kita habisi sampai keakar-akarnya."

Secara terpisah, Ketua FPSG Aceh Besar, Suhaimi kepada Serambi mengatakan, bahwa Kamis kemarin ia telah melantik ketua FPSG Kecamatan Indrapuri bertempat di Desa Mai Sale. Acara pelantikan itu dihadiri unsur Muspika, seluruh kepala desa dan tokoh pemuda sekecematan Indrapuri.

"Setelah acara pelantikan itu, sekitar 800 pemuda bersenjatakan parang, tombak dan bambu runcing bersama-sama pasukan TNI, melakukan pengejaran ke sarang GAM gunung sekitar Mai Sale. Ini merupakan bukti, bahwa pemuda desa sudah kesal dengan kezaliman GAM," ucap Suhaimi.

Nagan raya

Sementara itu, Bupati Kabupaten Nagan Raya, Drs T Zulkarnaini menjanjikan, bila kondisi sudah aman, dalam waktu tiga tahun wajah Kabupaten Nagan Raya akan berubah. Untuk itu ia berharap anggota Gerakan Aceh Merdeka yang masih bersembunyi segera kembali agar bisa bersama-sama membangun daerahnya.

"Kabupaten Nagan Raya ini memiliki potensi dan sumber daya alam yang melimpah, tanah pertanian yang subur dan areal kebun sawit yang membentang luas. Bila semua potensi itu diolah dengan baik, saya jamin dalam waktu tiga tahun, wajah kabupaten ini akan berubah," kata Zulakrnaini di hadapan ribun peserta apel Front Perlawanan Rakyat Garuda Merah Putih di lapangan sepak bola Rajawali, Jeram, Rabu siang (24/12).

Gerakan Aceh Merdeka (GAM), kata bupati, sebagai sumber kebathilan harus dilawan secara bersama-sama oleh semua komponen masyarakat. Kebupaten Nagan Raya memiliki lima kecamatan dengan jumlah penduduk 142.000 jiwa. "Yang ka lupah jak riwang, yang ka leupah cok pulang (yang sudah telanjur pergi segera balik, yang sudah telanjur mengambil segera kembalikan-red)," kata bupati dengan menggunakan pepatah Aceh.

Menurut bupati, kelahiran front perlawan rakyat, selain untuk memerangi GAM juga untuk mempertahan NKRI. Front ini lahir murni aspirasi masyarakat Nagan Raya karena tidak tahan lagi atas teror dari GAM.

Pada kesempatan itu, Ketua DPRD Nagan Raya, Drs Syech Marhaban, menyatakan, bagi masyatakat/anggota front yang berani/berhasil merampas senjata GAM dan menyerahkan kepada TNI/Polri, maka Pemda setempat akan memberikan hadiah sebesar Rp 10 juta/pucuk. "Yang mendapat senjata GAM satu pucuk ditebus Rp 10 juta," ujar Syeh yang juga Ketua DPC F-PPP itu.

Di hadapan puluhan ribu massa dari lima kecamatan yakni Beutong, Seunagan Timur, Seunagan, Kuala dan Darulmakmur, Marhaban menegaskan, anggota wadah Garuda Merah Putih harus mempertahankan agar bendera merah putih tetap selalu berkibar di Nagan. "Saya mengharapkan kepada seluruh komponen masyarakat, agar merah putih tetap harus berkibar di Nagan Raya," tuturnya.

Sebagian dari ribuan peserta apel itu datang dengan membawa bendera merah putih dan bambu runcing yang juga sudah dilumuri cat warna merah putih.(kan/ism/as)

Pageviews last month