Tuesday, July 21, 2009

BLOWER NAMA SEORANG YAHUDI


OLEH : AHMADI MATANGLADA,S.HUM *

Penyerangan Israel ke Jalur Gaza membuat kita sebagai umat islam tergugah hati untuk membantu mereka (warga Palestina) yang sedang menderita.Yahudi memang penuh ambisi menyerang Gaza untuk menguasainya, sehingga beberapa Negara membuat diplomasi untuk gencatan sejata, kita sebagai orang Aceh cuma bisa berdoa dan membantu alakadar harta untuk meringankan penderitaan mereka. Nah, saya teringat sebuah nama Gampong dipinggiran kota Banda Aceh yaitu Blower, Gampong ini tidak jauh Blang Padang. kita mungkin tidak tahu dari mana asal muasal nama Blower tersebut, beberapa tulisan dan artikel yang saya baca, nama Gampong Blower itu berasal dari seorang nama Yahudi yang singgah di Aceh sebelum anggresi penyerangan Belanda ke Aceh pada tahun 1832 silam.

Aceh berbagai macam latar belakang sejarah serta beragam bangsa yang pernah singgah di dalamnya, tentunya bukan hal aneh lagi jika ada nama-nama tepat yang berasal dari nama pendatang tersebut ataupun tempat asal si pendatang itu. Apabila dilihat dari letak giografis Blower dan nama Blower, nama itu masih asing dalam pedoman bahasa Aceh. Biasanya setiap nama tempat atau pun benda, itu diambil dari nama jenis barang ataupun tumbuhan, tapi lain halnya dengan nama Blower. Konon nama tersebut di pinjam dari nama seorang Yahudi, jika itu benar maka muncul sebuah Pertanyaan, kenapa nama tersebut di ambil dari seorang Yahudi? Jika memang kita semua membenci Yahudi.

Terlepas dari kekaguman atau kebencian kita terhadap Yahudi, yang pasti semuanya tidak terjadi secara blak-blakan tanpa proses waktu yang panjang. Meskipun sekarang ini sulit untuk menemukan sumber tentang kebenaran yang sebenarnya, tapi tidak ada salahnya kita mencoba untuk membuka diri menerima kenyataan yang di sajikan oleh para sejarawan. Sangat rasional apabila setelah mereka mengangkat kaki dari Aceh, kemudian mereka maninggalkan bekas sejarah untuk kita, ataupun sebaliknya para pendahulu kita sengaja memberi bekas untuk mengenang sebuah peristiwa antara mereka.

Dalam buku panduan Kuburan Militer Peutjut disebutkan bahwa zaman dulu ada seorang pedagang Yahudi yang berasal dari Eropa Timur datang ke sebuah tempat di pinggir kota Banda Aceh, dia membeli sebidang tanah dan membuka usaha perumahan ditempat tersebut, kini tempat itu dikenal sebagai Gampong Blower. Nama asli pedagang Yahudi tersebut Bolchover. Orang Aceh pada waktu itu tidak dapat menyebut nama Bolchover dengan tepat, maka secara terus menerus nama Bolchover terkikis sehingga menjadi Blower. Lama-kelamaan nama tersebut dijadilah sebagai nama Gampong.

Loghat yang sulit di ucapkan dalam Bahasa Aceh, telah memutar balik nama sesorang sekaligus menjadikan nama tersebut terkenang di hati, sehingga di ambil untuk sebuah nama tempat yang terucap oleh kita hingga saat ini. Jika sekarang kita benar-benar benci terhadap Yahudi, apakah kita harus benci kepada pendahulu kita yang telah mengabadikan nama Yahudi sebagai nama gampong. Rasanya kita tidak mungkin menyalahkan Yahudi dalam kontek ini, karena kemungkinan dia tidak pernah meminta agar namanya di abadikan. Jika kita menelusuri sejarah Aceh yang di bangun oleh pendahulu kita dibandingkan dengan kita sekarang, rasanya juga tidak mungkin kita menyalahkan mereka.

Meskipun kita tidak berani menyalahkan mereka, melihat kondisi dan prilaku Yahudi sekarang, sudah sewajarnya kita mengatakatan bahwa orang dulu tidak teliti dalam menagmbil suatu tindakan. Tanpa ada maksud mengungkit kekurangan di masa lalu, tapi kita semestinya merasa bersalah atas sikap para indatu kita sendiri. Tidak ada yang tau secara pasti bagaimana usaha indatu dalam dalam memperjuangkan masa depan cucunya. Sungguh akan tidak tau terimakasih, namun kita juga tidak bisa menerima begitu saja apa yang telah diwariskan kepada kita, artinya kita harus menutupi kekurangan masa lalu seandainya tidak memberi kontribusi terhadap kita.

Kita tidak mungkin menimpa kesalahan itu kepada mereka yang telah tiada. Salah satu alternatif menurut penulis adalah kita semua yang masih hidup merubah demi keperluan anak cucu kita nantinya. Akan kelihatan arogan jika saya menawarkan untuk diganti nama tersebut, tetapi jika terus dibiarkan, nama tersebut akan menjadi goresan yang terwarisi dari generasi kegenerasi yang mau memahami sejarah.

Kondisi sekarang ini banyak orang aceh menghujjah kaum Yahudi, sah sah saja mengingat prilaku yang biadapnya terhadap Bangsa Palestina yang notabennya orang islam. Kita orang Aceh selaku insan seagama dengan warga Palestina, menjadi hal yang lumrah merasaka apa yang mereka rasakan. Islam sendiri menganjurkan demikian (Islam tubuh yang satu). Ibaratnya sumut di seberang laut kelihatan, sementara gajah didepan mata tidak kelihatan. Jika kita memang benar-benar membenci Yahudi, seharusnya kita harus menghapus hal sekecil apapun yang berbau Yahudi. Kalau hari ini kita mengkampanyekan untuk membaikot semua poduk Yahudi, kita juga harus peka terhadap peninggalannya. Disatu sisi kita telah menunjukan sikap yang menentang terhadap yahudi, namun disisi lain kita menghafal nama Yahudi hampir saban hari.

Saya tidak ingin menjadi provokator yang menebar kebencian suatu bangsa dengan menjadikan suatu kesalahan sebagai landasannya. Sekarang saya hanya ingin, kita tidak merobek celana orang dari belakang, sementara jauh hari kita telah menjadikan celana tersebut sebagai pajangan hiasan di rumah kita. Jika kita katakan pendahulu kita tidak mengetahui akan lika liku Yahudi, sama halnya kita mengatakan pendahulu kita tidak bisa membaca sejarah. Karena jauh sebelum mereka yahudi telah tertulis di dalam Al-Qur’an.
Apakah kita juga akan mengatakan mereka juga tidak pernah membaca Al-Quran? Nau’zubilla Himinzalik, rasanya kita tidak akan berasumsi sampai sejauh itu.

Seperti yang telah saya sebutkan di atas, mungkin saja nama tersebut ada karena melalui perjalanan yang berliku-liku. Kita akan mengatakan nama yang keren dan kebara-baratan, seandainya kita tidak mengatahui asal-usulnya. Dalam sebuah pandangan lain akan memperkuat statemen yang mengatakan bahwa masyarakat Aceh adalah masyarakat yang terbuka (open socity), ini akan menmbutikan semua itu memang sudah terwarisi sejak sedia kala. Mereka menerima bangsa yang berbeda keyakinan dan kepercayaan, bahkan nama mereka menjadi besar di kalangan masyarakat Aceh.

Bolchover atau Blower hanyalah sebuah nama yang secara logika tidaklah membawa dampak apa-apa, namun dalam pandangan agama nama itu adalah do’a. berarti setiap kali kita mengucapkan nama Blower, setiap kali pula kita telah berdo’a, setiap pula kita telah berdo’a atas nama Yahudi. Telepas benar atau tidak menurut agama, yang jelas nama Blower sudah lebih di kenal dari pada nama pelaku sejarah yang lain, katakanlah para Raja atau Ratu, yang sekarang hanya sebatas nama jalan atau lorong. Tidak banyak sumber yang penulis dapatkan kenapa begitu terkesan nama Bolchover sehingga dijadikan sebagai nama sebuah pemukiman warga.

Sekarang ini hampir semua tempat telah diberi nama, termasuk tempat yang belum di diami oleh manusia. Jika pun masih ada tempat yang belum ada nama, saya rasa tidak mungkin lagi di kasih nama dengan nama Yahudi seperti yang telah dilakukan oleh para pendahulu kita. Karena kontek jaman sekarang dengan dulu sudah jauh berbeda. Tidak ada lagi Yahudi atau bangsa asing yang melakukan perdagangan ke Aceh. Apakah ini langkah maju yang terjadi sekarang di bandingkan dengan sebelumnya, atau sebaliknya, kita sekarang sedang mengalami kemunduran, tidak ada lagi yang dapat diperdagangkan, sehingga mereka (orang luar) enggan menetap di Aceh.

Zaman telah berubah tapi sejarah tetap harus kita ingat sebagai pedoman semangat untuk maju,bangsa yang mengerti dengan sejarah negerinya adalah bangsa yang enerjik dan pemberani. Indetitas merupakan marwah suatu bangsa, tapi jika ada indetitas yang kurang bagus, maka indetitasnya juga patut di curigakan, Aceh memang di kenal sebagai bangsa yang pernah jaya di masa lampau, Aceh juga pernah didiami oleh bangsa Yahudi yang jelas musuh orang islam, di bumi negeri islam yang pernah jaya di masa lampau (Aceh), yahudi sempat menitipkan namanya untuk dijadikan sebuah nama Gampoeng yang bernama Blower, mungkin mereka terispirasi dengan kata pepatah “Hidup untuk di kenang seribu tahun mendatang, walupun umur hanya 63 tahun saja”.

Kebenaran nama Blower berasal dari nama seorang Yahudi perlu di telusuri lebih jauh lagi, sehigga kebenaran tidak ada keraguan lagi Blower itu berasal dari nama orang yahudi.

Fakta sejarah menulis sejumlah kuburan orang yahudi dapat ditemukan di pemakaman peutjut gampong blower,kuburan-kuburan yahudi tersebut merupakan kumpulan kuburan yahudi yang paling luas di asia.meskipun banyak kuburan yang telah rusak akibat tsunami 26 desember 2004 lalu.masih terdapat di kenal sebagai kuburan yahudi.


*. PENULIS adalah direktur PuAN, dan analis Institut Aceh People

Pageviews last month