Saturday, August 8, 2009

ACEH TIDAK MATI

Aceh Tidak Takut Mati
Posted on Monday, 18 May 2009 by Aulia
aceh

image by bahtiar.jeeran.com

Bukan kata sombong dan bangga, dan bukan pula ini yang kita punya. Sekeras apa pun batu tetap bisa retak juga, kata yang sungguh berarti ini adalah Aceh Tidak Takut Mati.

Seberapa banyak anak muda-mudi sekarang yang masing ingat dengan sejarah Aceh dulu, masih ingatkah mereka tentang jiwa heroisme yang dimiliki oleh para ulama dan ulee balang yang mempertahankan tanahnya sendiri dari tangan penjajah yang laknat. Masih ingatkah mereka saat orang-orang Aceh dihasut oleh mata-mata Hindi Belanda Dr. Snouck Hurgronje sampai-sampai Teuku Umur sang pahlawan berbelot kepada Belanda, walaupun akhirnya pembelotan menjadi senjata makan tuan bagi pihak Belanda.

Tentu masih banyak kenangan lama, cerita luka dan bersejarah yang luput kini dari perhatian anak muda-mudi generasi bangsa Negeri Aceh Raya Darussalam. Tidak ada guna kita genjar-genjar berilmu tinggai dan berjabatan besar jika harkat dan martabat akan tanah kelahiran kita dibuang begitu saja.

Tidak perlu kita menuhankan akan sejarah yang lalu, tapi hal yang kecil dari apa yang telah diperjuangkan oleh para orang terdahulu bukan untuk ditepis oleh jaman yang serba mewah ini. Duka dan sedih ini bisa saja mewarnai akan kehidupan bangsa Aceh yang kita lihat sekarang ini, tragedi demi tragedi, pembantaian-pembataian sampai puncak dengan permusuhan antara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi saksi akan sebuah sejarah.

Kenapa harus mengungkit akan sejarah yang lalu, kenapa tidak melihat hari yang lebih baik di masa mendatang. Antara dua mata pisau yang bisa kita ibaratkan, disaat membutuhkan sebuah kemampuan dan keutuhan kita berpijak dengan mata pisau yang tajam serta disaat nyawa terancam mata pisau pun menjadi pelindung sesaat walaupun bukan selamanya, harapan bisa bertahan dan berlindung masih bisa kita pertahankan.

Tuhan tidak akan menanyakan siapa pahlawan bangsa mu dulu, Tuhan juga tidak akan bertanya siapa Raja atau Sultan bangsa mu dulu, tapi Tuhan akan menanyakan apa yang kamu buat untuk agama mu demi membela tanah kelahiran mu.

Mati membela nilai agama dan melawan kebatilan bagi mereka berarti syahid. Dan, landasan keagamaan yang paling populer di dalam melakukan perlawanan adalah al-Qur’an surat IV, ayat 76: ”Lantaran itu hendaklah mereka yang menjual akhirat dengan penghidupan dunia, berperang pada jalan Allah, karena barangsiapa berperang pada jalan Allah lalu terbunuh atau menang, maka Kami akan beri kepadanya ganjaran yang besar.” (Peristiwa Cumbok di Aceh, Anwar Daud & Husaini Husda)

Tulisan ini sebagai bentuk dari dedikasi terhadap apa yang kita lihat sela

Pageviews last month