Wednesday, May 20, 2009

BENARKAH ACEH TELAH BERZINA

DUA BULAN DARURAT MILITER, KONDISI ACEH SEMAKIN BAIK


Sebelum status darurat militer dijalankan pemerintah di Provinsi Nanggroe Aceh Darusasalam (NAD) banyak pihak terlibat polemik. Mereka menentang diterapkannya operasi militer di Bumi Serambi Mekkah itu, dan justru sebaliknya mendukung penyelesaian konflik Aceh lewat meja perundingan (dialog). Alasannya, pelajaran dari masa Daerah Operasi Militer (DOM) tahun 1989 - 1998 yang hingga kini masih menyisakan pengalaman pahit tak terlupakan.
Pengalaman masa DOM itulah yang membuat banyak orang sulit membayangkan apa yang akan terjadi di Aceh jika darurat militer diberlakukan di Aceh. Orang pun lalu memprediksi, setiap hari seluruh daerah itu akan bergelimang darah dan mayat, perang meletus dimana-mana, korbannya bukan cuma kelompok GAM tetapi juga warga sipil tak berdosa akibat pembantaian dan penyiksaan, setiap etnis Aceh dicurigai dan ditangkap sewenang-wenang, wanita, lansia dan anak-anak luntang-lantung di barak pengungsian dan berbagai bayangan suram lainnya.
Akan tetapi, setelah dua bulan operasi militer berjalan semua pihak pun mahfum ternyata operasi militer pada era reformasi saat ini tidaklah seseram masa lalu. Banyak hal yang terkait visi, misi, sistim dan filosofi operasi TNI sudah berubah, hal yang dulu dianggap tabu kini justru menjadi transparan. Pelanggaran dari oknum prajurit- yang merugikan masyarakat langsung diproses hukum, sehingga tidak ada prajurit yang berani sewenang-wenang menjalani tugas.
Setidaknya nuansa operasi militer paradigma baru ini diungkapkan oleh sejumlah warga pedalaman Aceh Utara, baru-baru ini. Mukhlis (43) penduduk sebuah desa pedalaman daerah itu, merasakan sistim dan strategi operasi militer kali ini benar-benar berubah seratus delapan puluh derjat dibanding masa DOM. "Saya tidak menduga anggota kelompok GAM yang tertangkap atau menyerahkan diri bisa tetap hidup apalagi yang ditawan pasca baku tembak dengan TNI," ujarnya polos ketika bincang-bincang, di Lhokseumawe, pekan lalu.
Menurut Mukhlis, yang berdomisili di salah satu kawasan pedalaman kecamatan Tanah Jamboaye - yang sebelumnya menjadi "basis" kelompok GAM, selama dua bulan pelaksanaan darurat militer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), menurut banyak hal positif terlihat dari performance pasukan TNI. " Kami masyarakat kawasan ini (pedalaman-Red), sudah pasrah dengan risiko paling buruk sekalipun karena berbaur dengan kelompok GAM selama ini. Tetapi nyatanya tidak ada masyarakat yang terusik saat pasukan TNI menggempur GAM, proses pemisahan masyarakat dengan kelompok GAM berjalan baik," katanya.
Secuil gambaran masyarakat diatas layak menjadi bagian dari seluruh evaluasi Komando Operasi TNI sendiri selama dua bulan pelaksanaan operasi militer di Aceh. Soalnya, perubahan visi masyarakat terhadap TNI akan menjadi modal tak ternilai dalam upaya menumpas tuntas kelompok GAM di Aceh. Sebab bagaimana pun, jika masyarakat sudah mulai berani "buka mulut" tentang keberadaan GAM, apalagi melawan mereka diyakini kehancuran pertahanan kelompok separatis itu tinggal menghitung hari. Pasukan TNI tinggal "mencomot" -jika tak mau menyebut memberondong mereka satu persatu dari lokasi persembunyiannya.

Kondisi Membaik

Setelah dua bulan pelaksanaan operasi militer, semakin terasa bahwa kondisi keamanan di provinsi Tanah Rencong itu kini sudah mulai membaik. Hal ini terlihat mulai dari aktivitas pemerintahan kecamatan, roda perekonomian masyarakat desa, kegiatan rutinitas agama hingga hubungan lalulintas mulai berjalan baik - meski belum kembali normal seperti biasa.
Ketua DPRD Aceh Utara, Tgk.H.Saifuddin Ilyas, menuturkan kemajuan dari kondisi keamanan ini sangat membantu masyarakat dan pemerintah dalam upaya memberdayakan masyarakat yang selama empat tahun terakhir hidup menderita dibawah tekanan konflik. "Yang signifikan adalah roda pemerintahan kecamatan mulai berjalan, camatpun sudah berani memakai tanda jabatan yang ditanggalkannya empat tahun lalu," katanya.
Menurut Abu Saifuddin, laporan yang diterima DPRD dua minggu terakhir di mesjid-mesjid dan meunasah atau surau desa pedalaman sudah kembali adanya sholat berjamaah Maghrib, Isya dan Subuh, meski suasana mencekam masih terasa. Semangat persatuan dan gotong royong mulai tumbuh kembali dalam masyarakat, keberpihakan kepada NKRI kembali mekar di kalbu anak-anak negeri ini. "Bahkan masyarakat mulai berani memberi informasi kepada pasukan TNI tentang keberadaan kelompok GAM," tutur Abu Saifuddin.
Kemajuan membaiknya kondisi keamanan juga terlihat semarak menjelang datang nya Bulan Agustus menyambut HUT RI ke 58 tahun ini. Kalau di daerah lain, momen HUT RI dan pengibaran merah putih tahun ini biasa-biasa saja, di Aceh justru menjadi sesuatu yang luar biasa. Betapa tidak, HUT RI inilah yang menjadi titik awal loyalitas masyarakat daerah ini kepada NKRI.
Sehingga tak heran jika di berbagai kota kabupaten hingga kecamatan-kecamatan di Aceh sejak awal Juli lalu sudah meriah dengan aneka umbul-umbul merah putih termasuk pengibaran bendera di setiap rumah dan kantor pemerintah, untuk menyambut HUT RI yang masih tiga minggu lagi.
Sementara evaluasi Koops TNI sendiri menyebutkan, selama dua bulan operasi militer di Aceh pasukan TNI berhasil melumpuhkan sekitar 1.082 orang GAM (termasuk yang tewas, tertangkap dan menyerahkan diri). Menyita 224 pucuk senjata kelompok GAM berbagai jenis serta menguasai semua basis-basis pertahanan kelompok separatis itu di berbagai daerah. Sehingga, kini tidak ada lagi wilayah di kawasan pedalaman yang dikuasai kelompok GAM, kecuali sudah digempur pasukan TNI. Proses pemisahan masyarakat dengan kelompok GSA juga berjalan baik, dan nyaris tanpa hambatan berarti. "Hasil yang diperoleh dari langkah tersebut adalah GAM terpecah menjadi kelompok-kelompok kecil yang tercerai-berai, posisi merekapun berpindah-pindah setelah terancam oleh keberanian masyarakat memberi informasi kepada TNI," tandas Panglima Komando Operasi (Pangkoops) Mayjen TNI Bambang Dharmono, kepada wartawan di Lhokseumawe, Senin (21/7) pagi.
Selama dua bulan operasi militer gangguan pemberontak GAM berupa penyerangan, penghadangan di jalan raya, pemerasan, teror dan penganiayaan terhadap masyarakat tercatat 758 kasus dengan grafik menurun setiap minggu. Pembakaran fasilitas umum termasuk kantor dan sekolah 437 kasus, juga menurun tajam sehingga seminggu terakhir hanya 6 kasus. Penyanderaan masyarakat oleh kelompok GAM 41 kasus termasuk Ersa Siregar,Cs. Gangguan terhadap pers tercatat 4 kali termasuk pembakaran mobil Harian Serambi Indonesia dan penbembakan wartawan Waspada Idrus Jeumpa dan keluarganya, Minggu (20/7) malam lalu.
Selanjutnya gangguan perkotaan tercatat hanya 32 kasus, diantaranya 9 kasus penembakan GLM terhadap kantor pemerintah. Kehidupan perekonomian masyarakat semakin terlihat normal, harga bahan pokok sudah mencapai batas normal serta perbaikan signifikan pada usaha kecil koperasi (UKK), yang terlihat dari meningkatkanya angsuran pinjaman dari Rp.62 juta per bulan sebelumnya menjadi Rp.117 juta dalam sebulan terakhir.
Memang, akibat pelaksanaan operasi tersebut sedikitnya telah terjadi pengungsian warga sebanyak 4.629 kepala keluarga (18.725 jiwa) di Kabupaten Aceh Utara, Bireuen, Pidie, Aceh Timur dan Aceh Besar. Namun, kini sebagian besar mereka sudah dipulangkan ke desanya masing-masing setelah kelompok GAM dihancurkan.
Kemajuan lain yang dicapai dalam mengembalikan kondisi normal di provinsi bekan wilayah Teukun Umar dan Cut Nyak Dhien itu adalah mulai mekarnya kembali semangat NKRI. Ini tidak saja terlihat melalui apel-apel kesetiaan dan ikrar kepada NKRI oleh masyarakat di berbagai daerah basis, melainkan juga dari tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk kembali bergabung dengan pemerintah dan TNI membangun daerahnya dan mengabaikan kelompok GAM dengan missi sesatnya.
Sedangkan hambatan dalam pelaksanaan operasi ini menurut Bambang, salah satunya adalah lambannya proses hukum (peradilan) terhadap tokoh-tokoh pemberontok separatis GAM oleh institusi terkait. Padahal proses hukum ini sangat berdampak bagi demoralisasi prajurit dalam menjalankan tugasnya. "Bahkan, menjadi pukulan semangat bagi para kelompok separatis itu," katanya. (Suara Karya/24/7).

Pageviews last month